Dalam sejarah Pariaman, Tabuik pertama kali diperkenalkan oleh anggota pasukan "Thamil" yang menjadi bagian dari pasukan Inggris yang dipimpin oleh Jendral Thomas Stamfort Raffles. Setelah Inggris menyerahkan sebagian daerah jajahannya kepada Belanda termasuk Bengkulu, pasukan "Thamil" memilih melarikan diri ke Pariaman, Sumatera Barat, salah satu daerah pelabuhan di pesisir barat pulau Sumatera.
Oleh karena pasukan Thamil mayoritas beragama Islam, mereka dapat diterima secara baik oleh masyarakat Pariaman yang juga memeluk ajaran agama Islam. Sehingga, terjadi pembauran dan persatuan antara mereka termasuk dalam bidang sosial-budaya. Salah satu bentuknya adalah Pesta Tabuik. Bahkan pesta Tabuik yang dilaksanakan sejak tahun 1931 ini, sejak tahun 1974, oleh pemerintah daerah setempat dikemas menjadi atraksi wisata.
Pesta Tabuik dimaksudkan untuk memperingati kematian dua cucu Nabi Muhammad SAW, yakni Hasan dan Husain yang memimpin pasukan kaum Muslim saat bertempur melawan pasukan Dinasti Bani Umayah dalam perang Karbala. Dalam pertempuran tersebut, Husain wafat secara mengenaskan.
Sebagian kaum Muslim meyakini bahwa jenazah Husain di masukkan ke dalam peti jenazah (Tabuik) dan dibawa ke langit menggunakan "Bouraq".
Tabuik adalah sebuah benda berbentukkeranda bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, rotan dan bambu. Tabuik tersebut merupakan benda utama yang diarak tepi pantai untuk di buang ke laut. Berat Tabuik kira-kira sekitar 500 kilogram dengan ketinggian 15 meter. Badan Tabuik dibuat berbentuk kuda besar, bersayap lebar, berkepala perempuan cantik berambut panjang. Bentuk Tabuik tersebut, oleh masyarakat setempat diasosiasikan seperti seekor burung Bouraq.
Pembuatan Tabuik dikerjakan dari tanggal 1 sampai tanggal 9 pada bulan Muharam oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yaitu kelompok Pasar dan kelompok Subarang untuk, dua buah Tabuik. Pembuatan Tabuik dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan banyak ahli seperti budayawan, sejarawan dan tokoh masyarakat setempat. Pembuatan Tabuik tersebut menelan biaya yang cukup banyak, rata-rata mereka mengeluarkan puluhan bahkan sampai ratusan juta rupiah.
Pesta Tabuik diadakan setiap tanggal 1 sampai 10 Muharram (Kalender Islam), dimulai di Pasar Pariaman dan diarak ke Pantai Gandoriah Pariaman di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia.
Dari Kota Padang, para wisatawan dapat menggunakan jenis transportasi darat berupa angkutan umum, travel, mobil pribadi atau mobil sewaan dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Bagi yang menggunakan angkutan umum, ongkos menuju lokasi sebesar Rp. 7.000,00 sampai Rp.10.000,00 per orang (Februari 2008), dan Rp. 400.000,00- per hari (Februari 2008) jika menggunakan mobil sewaan.
Bagi para wisatawan yang datang dari luar kota dan ingin mengikuti rangkaiaan Pesta /Tabuik/ secara keseluruhan dapat menginap di hotel yang banyak tersedia di pusat kota Pariaman. Di samping itu, banyak restoran dan rumah makan yang berjejer di sekitar lokasi, untuk tempat bersantap ria.
Oleh karena pasukan Thamil mayoritas beragama Islam, mereka dapat diterima secara baik oleh masyarakat Pariaman yang juga memeluk ajaran agama Islam. Sehingga, terjadi pembauran dan persatuan antara mereka termasuk dalam bidang sosial-budaya. Salah satu bentuknya adalah Pesta Tabuik. Bahkan pesta Tabuik yang dilaksanakan sejak tahun 1931 ini, sejak tahun 1974, oleh pemerintah daerah setempat dikemas menjadi atraksi wisata.
Pesta Tabuik dimaksudkan untuk memperingati kematian dua cucu Nabi Muhammad SAW, yakni Hasan dan Husain yang memimpin pasukan kaum Muslim saat bertempur melawan pasukan Dinasti Bani Umayah dalam perang Karbala. Dalam pertempuran tersebut, Husain wafat secara mengenaskan.
Sebagian kaum Muslim meyakini bahwa jenazah Husain di masukkan ke dalam peti jenazah (Tabuik) dan dibawa ke langit menggunakan "Bouraq".
Keistimewaan
Tabuik adalah sebuah benda berbentukkeranda bertingkat tiga yang terbuat dari kayu, rotan dan bambu. Tabuik tersebut merupakan benda utama yang diarak tepi pantai untuk di buang ke laut. Berat Tabuik kira-kira sekitar 500 kilogram dengan ketinggian 15 meter. Badan Tabuik dibuat berbentuk kuda besar, bersayap lebar, berkepala perempuan cantik berambut panjang. Bentuk Tabuik tersebut, oleh masyarakat setempat diasosiasikan seperti seekor burung Bouraq.
Pembuatan Tabuik dikerjakan dari tanggal 1 sampai tanggal 9 pada bulan Muharam oleh dua kelompok masyarakat Pariaman, yaitu kelompok Pasar dan kelompok Subarang untuk, dua buah Tabuik. Pembuatan Tabuik dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan banyak ahli seperti budayawan, sejarawan dan tokoh masyarakat setempat. Pembuatan Tabuik tersebut menelan biaya yang cukup banyak, rata-rata mereka mengeluarkan puluhan bahkan sampai ratusan juta rupiah.
Lokasi dan Waktu Pelaksanaan
Pesta Tabuik diadakan setiap tanggal 1 sampai 10 Muharram (Kalender Islam), dimulai di Pasar Pariaman dan diarak ke Pantai Gandoriah Pariaman di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat, Indonesia.
Akses
Dari Kota Padang, para wisatawan dapat menggunakan jenis transportasi darat berupa angkutan umum, travel, mobil pribadi atau mobil sewaan dengan waktu tempuh sekitar 1 jam. Bagi yang menggunakan angkutan umum, ongkos menuju lokasi sebesar Rp. 7.000,00 sampai Rp.10.000,00 per orang (Februari 2008), dan Rp. 400.000,00- per hari (Februari 2008) jika menggunakan mobil sewaan.
Akomodasi
Bagi para wisatawan yang datang dari luar kota dan ingin mengikuti rangkaiaan Pesta /Tabuik/ secara keseluruhan dapat menginap di hotel yang banyak tersedia di pusat kota Pariaman. Di samping itu, banyak restoran dan rumah makan yang berjejer di sekitar lokasi, untuk tempat bersantap ria.
0 comments
Post a Comment
Terimakasih atas partisipasinya